INFO ASURANSI
Selasa 02 Oktober 2018 | 08:00 WIB
4 Ciri Rumah Berkonsep Arsitektur Tropis


Di Indonesia, hunian bergaya arsitektur tropis pasti sudah tak lagi menjadi hal yang asing. Kondisi ini disebabkan karena iklim tropis yang memang identik dengan Nusantara, sehingga dibangunlah hunian yang mampu beradaptasi dengan iklim ini. Selain itu, kenyamanan penghuninya juga patut diperhatikan. Meski Anda akan menemui beberapa rumah bergaya Eropa, tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia tetap lebih nyaman tinggal di hunian bergaya tropis.

Arsitektur tropis sendiri tak hanya dinilai dari bagaimana penampilan dan bentuk bangunannya. Gaya hunian ini erat dengan penggunaan material alami dan memanfaatkan vegetasi. Namun, dalam mengaplikasikannya pada sebuah rumah, perlu diperhatikan pula bagaimana rancangan dan sirkulasi udara serta pencahayaannya. Lalu, apa yang menjadi ciri dariarsitektur tropis? Berikut beberapa di antaranya:

 

Atap dengan Bentuk Miring


sumber : gayarumahnet.com

 

Ciri yang paling identik dengan arsitektur bergaya tropis adalah bentuk atapnya yang miring dengan kemiringan di atas 30 derajat. Curah hujan yang terbilang tinggi pada iklim tropis bukan tidak mungkin akan meninggalkan genangan di atap rumah. Dengan sudut kemiringan ini, diharapkan air hujan akan langsung jatuh ke tanah dan genangan pada atap pun dapat dikurangi.

Tidak hanya itu, kemiringan ini juga berfungsi untuk mengurangi panas karena adanya ruang kosong di bagian bawahnya. Dengan begitu, hunian akan tetap terasa sejuk meski sedang memasuki musim panas dan matahari sedang sangat terik.

 

Memanfaatkan Konsep Sirkulasi Silang


sumber : iaa-untan.weebly.com

 

Kedua, adalah sirkulasi yang digunakan. Hunian yang menerapkan gaya arsitektur tropis menggunakan sirkulasi udara atau ventilasi silang. Konsep ini dipilih dengan tujuan untuk memastikan udara yang masuk ke dalam rumah bisa berputar atau bersirkulasi dengan baik di seluruh ruangan dan menghadirkan kesan sejuk dan nyaman.

Selain itu, jumlah sirkulasi yang ada pada hunian tropis pun biasanya lebih banyak. Fungsinya tak sebatas pada pergantian udara saja, tetapi juga sebagai sumber pencahayaan alami hunian. Tentunya, sumber pencahayaan alami jelas lebih baik dibandingkan cahaya buatan yang berasal dari lampu.

 

Overstek atau Teritisan


sumber : klasika.kompas.com

 

Teritisan atau overstek pada hunian bergaya tropis biasanya dibuat agak lebar yang bertujuan untuk mengurangi tampias ketika hujan turun akibat angin yang terkadang bertiup kencang. Selain itu, teritisan ini juga baik untuk mengurangi paparan sinar matahari langsung ke dalam rumah, menjadikan rumah lebih sejuk tanpa perlu khawatir akan kurangnya pencahayaan alami.

 

Penggunaan Material Lokal


sumber : furnizing.com
 

Penggunaan material lokal akan lebih terlihat pada hunian bergaya arsitektur tropis yang lebih tradisional, seperti pada rumah-rumah adat atau rumah zaman dahulu. Belum berkembangnya toko bangunan atau material membuat masyarakat saat itu harus menggunakan sumber daya yang ada, seperti kayu-kayu dari pepohonan yang mereka jumpai sehari-hari. Meski begitu, material lokal ini tidak bisa diragukan kualitasnya, karena ternyata lebih tahan terhadap cuaca dan iklim tropis yang cenderung ekstrem.

Demikian tadi empat ciri khas dari hunian yang mengusung konsep arsitektur tropis yang perlu Anda perhatikan sebelum membangun hunian baru. Perhatikan pula material yang Anda gunakan, jangan sampai Anda memilih material yang tidak tahan lama. Jangan sampai terlewat untuk memerhatikan sirkulasi dan pencahayaan, karena hunian yang baik adalah yang memiliki sistem aliran udara dan pencahayaan yang maksimal.

 

Lebih dari itu, Anda perlu mendaftarkan hunian dalam program Asuransi Rumah Idaman (ASRI). program asuransi terbaru dari ACA ini akan memberikan perlindungan sepenuhnya pada hunian dan aset properti Anda lainnya dari berbagai hal yang tidak Anda inginkan, mulai dari gempa bumi, kebakaran, hingga banjir dan tanah longsor.

 

(yua)